SURABAYA – YouTuber Muhammad Adimas Firdaus atau Resbob resmi diberhentikan sebagai kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surabaya. Pemecatan ini menyusul ucapan bernuansa rasis yang dilontarkannya di media sosial.
Ketua DPC GMNI Surabaya Virgiawan Budi Prasetyo membenarkan Resbob sempat terdaftar sebagai kader organisasinya. Resbob baru bergabung sekitar September 2024 dan statusnya hanya kader biasa dari Komisariat Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS).
“Dia bukan pengurus. Cuma kader biasa dari Komisariat UWKS, belum berjalan satu tahun, sekitar September baru mengikuti kaderisasi,” kata Virgiawan, Senin (15/12).
Virgiawan menegaskan pernyataan Resbob sama sekali tidak mewakili sikap organisasi. GMNI secara tegas menolak segala bentuk SARA dan rasisme.
“Ucapan Resbob itu tidak ada sangkut pautnya dengan GMNI sebenarnya. Itu urusan personal dari Resbob sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, GMNI menjunjung tinggi persatuan sesuai nilai ideologi marhaenisme. Organisasi ini tidak memandang perbedaan suku, ras, agama, maupun budaya.
“Organisasi kami itu menjunjung tinggi persatuan, tidak memandang suku, ras, agama, maupun budaya, kepercayaan lah dari siapapun itu, kami menolak keras terkait adanya SARA atau rasis,” katanya.
Dipecat Lewat Mekanisme Organisasi
Virgiawan menjelaskan pemecatan dilakukan melalui mekanisme organisasi meski Resbob tidak dapat dihubungi. Dalam aturan GMNI, tindakan yang dikategorikan sebagai pelanggaran berat dapat dikenai sanksi pemecatan.
“Ketika akan disidang melalui pleno organisasi, Resbob tidak bisa dihubungi. Karena itu, Komisariat Wijaya Kusuma menggelar pleno untuk pemberhentian sebagai kader GMNI,” katanya.
Keputusan tersebut telah ditembuskan ke berbagai tingkatan organisasi, mulai dari DPC GMNI Surabaya, DPD GMNI Jawa Timur, hingga DPP GMNI pusat. Per 15 Desember 2024, keputusan pemecatan sudah resmi berlaku.
GMNI Surabaya menegaskan tidak akan membela Resbob dan menyerahkan proses hukum kepada aparat penegak hukum. Virgiawan menambahkan selama menjadi kader, Resbob juga tidak aktif dalam kegiatan organisasi.
“Sejak kaderisasi, dia tidak pernah terlihat aktif di forum, agenda, atau program, baik di komisariat maupun di cabang Surabaya,” pungkasnya.
GMNI Minta Maaf dan Berjanji Perbaiki Pembinaan Kader
DPC GMNI Surabaya secara resmi menyampaikan permohonan maaf kepada kader, keluarga besar GMNI, dan masyarakat luas. Permintaan maaf ini terkait kegaduhan akibat kasus Resbob.
“Kami menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh kader, keluarga besar GMNI, serta masyarakat atas kegaduhan yang terjadi akibat dinamika ini,” ujar Virgiawan.
Masalah bermula dari pernyataan Resbob di media sosial yang dinilai menghina etnis Sunda. Pernyataan tersebut memicu reaksi luas dan dianggap bertentangan dengan nilai kebhinekaan.
“Kami menilai pernyataan yang bersangkutan tidak sejalan dengan nilai perjuangan GMNI dan prinsip kebangsaan yang kami junjung,” kata Virgiawan.
Virgiawan mengakui ada kelemahan dalam proses pembinaan kader. Kasus ini menjadi refleksi penting bahwa kaderisasi tidak berhenti pada struktur, tetapi harus menyentuh etika dan praksis sosial.
“Kami menyadari bahwa setiap kader adalah tanggung jawab kolektif organisasi,” ucapnya.
GMNI Surabaya berjanji akan memperbaiki sistem pembinaan secara menyeluruh. Pembenahan akan difokuskan pada penguatan pengawasan, pendampingan, dan pendidikan ideologi berkelanjutan.
“Kejadian ini menjadi evaluasi serius bagi kami untuk memperbaiki sistem pembinaan, pengawasan, dan pendampingan kader agar lebih komprehensif,” kata Virgiawan.
GMNI Surabaya menegaskan akan memperkuat pendidikan ideologi Bung Karno agar tidak hanya teori. Setiap kader diharapkan mampu menerjemahkan nilai tersebut dalam sikap dan tindakan nyata di masyarakat.
“Kami berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bersama agar GMNI tetap menjadi organisasi perjuangan yang berintegritas, beretika, dan berpihak pada kaum marhaen,” pungkas Virgiawan.








